LATAR BELAKANG
Teknologi ibaratnya seperti pedang bermata dua. Satu sisi
dari pedang dapat digunakan untuk keperluan yang bermanfaat dan satu sisinya
lagi dapat mengakibatkan hal yang negative. Manfaat teknologi di dalam sistem
informasi sudah tidak diragukan lagi karena mempunyai peran membantu organisasi
beroperasi dengan efisien, efektif dan kompetitif. Pada saat yang sama
teknologi memberikan manfaat yang positif, namun juga dapat menimbulkan dampak
negatif, didalam sistem informasi dapat menyebabkan permasalahan etika dan
politik di organisasi.
Permasalahan etika muncul karena kegiatan yang berhubungan
adalah ilegal atau belum di atur dalam hukum yang ada. Jika permasalahan yang
tidak legal, maka permasalahan etika tidak akan muncul karena yang muncul
adalah permasalahan hukum. Misalnya adalah tindakan menghujat presiden. Jika
tindakan ini merupakan tindakan yang melanggar hukum, maka yang melakukannya
akan terkena sanksi hukum dan permasalahan etika akan muncul. Jika sebaliknya
tindakan tersebut tidak melanggar hukum atau diijinkan oleh hukum misalnya
karena kebebasan berbicara, maka permasalahan etika akan muncul.
Permasalahan politik akan muncul di organisasi pada saat
informasi sangat dibutuhkan dan dapat merubah posisi kekuasaan dan kekuatan
yang dimiliki oleh individu-individu di dalam organisasi. Permasalahan politik
informasi yang terjadi juga perlu dikelola dengan baik. Kegagalan mengelola
politik informasi membuktikan bahwa organisasi tersebut akan gagal menerapkan
sistem informasinya.
Dengan adanya sistem informasi
maka permasalhan-permasalahan di atas seperti masalah etika, hukum, dan
politik. Itu dapat minimalisir. Khusus nya untuk permasalahan etika yang harus
diperhatikan olehpara pengguna teknologi
KAJIAN
TEORI
PEMBAHASAN
A. Etika di Sistem Informasi
Etika adalah prinsip-prinsip yang
berhubungan dengan perbuatan benar atau salah. Etika adalah perbuatan yang
berhubungan dengan etik. Etis adalah perbuatan yang beretika baik. Seseorang
yang tidak etis adalah yang melakukan etika perbuatan melanggar etik. Permasalahan
permasalahan etika terjadi di lingkungan sistem informasi karena sebagai
berikut ini :
1. Teknologi informasi mempunyai pengaruh yang mendalam di dalam kehidupan manusia dan sesuatu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia berhubungan dengan etika.
2. Manajer menentukan bagaimana teknologi informasai digunakan di organisasi, sehingga mereka juga bertanggung jawab terhadap permasalahan etika akibat dari penerapan teknologi informasi tersebut.
B.
Permasalahan-Permasalahan
Etika
Di dalam lingkungan system
informsai, permasalahan-permasalahan etika dapat muncul dibeberapa permasalahan
yaitu di permasalahan privasi, permasalahan kepemilikan intelektual,
permasalahn keamanan, permasalahan akurasi system dan permasalahan kesehatan..
1. Permasalahan privasi
1. Permasalahan privasi
Privasi adalah tuntunan seseorang untuk tidak mencampuri, diawasi atau diganggu oleh orang lain atau organisasi bahkan oleh negara. Tuntutan dari privasi di beberapa Negara dilindungi oleh beberapa undang-undang. Sebagaian besar undang-undang privasi di Amerika Serikat dan Eropa di dasarkan pada prinsip yang disebut dengan Fair Information Practices (FIP) Principles yang dibuat pada tahun 1973 oleh komite penasehat pemerintahan federal yang terdiri dari Departemen kesehatan, Departemen Pendidikan dan Departemen sosial. Prinsip FIP ini mengatur pengumpulan dan penggunaan informasi tentang individu oleh sebagai berikut ini :
·
Seyogyanya
tidak ada sistem-sistem pencatatan pribadi yang keberadaanya dirahasiakan.
·
Individual
mempunyai hak akses, inspeksi, kaji ulang, merubah terhadap sistem-sistem yang
berisi informasi tentangnya.
·
Tidak
diijinkan penggunaan informasi untuk keperluan-keperluan di luar tujuan
pengumpulan informasi tersebut tanpa ijin terlebih dahulu.
·
Manajer
dari sistem-sistem bertanggung jawab dan dapat diminta pertanggung- jawabanya
untuk kerugian- kerugian yang disebabkan oleh realibilitas dan sekuriti dari
sistem-sistem itu.
·
Pemerintah
mempunyai hak untuk mengintervensi hubungan-hubungan informasi dari pihak-pihak
swasta.
Teknologi
informasi juga digunakan untuk menyimpan informasi pribadi dari pekerja yang
selanjutnya informasi tersebut dapat dijual atau digunakan tidak semestinya.
1. Memonitor
e-mail.
Contoh kasus ini adalah yang dialami oleh dua pekerja di
Amerika Seikat yang bernama Rhonda Hall dan Bonita Bourke. Dua pekerja ini
mengeluh dan protes bahwa e-mail mereka sudah dimonitor. Sebagai akibat
protesnya, mereka dikeluarkan dari perusahaan. Mereka kemudian melaporkan ke
pengadilan karena merasa privasi mereka sudah dilanggar oleh perusahaan dengan
memonitor dan membuka e-mail mereka. Kita mungkin beranggapan bahwa mereka akan
menang di pengadilan karena privasi mereka dilanggar. Kenyataannya kasus mereka
kalah di pengadilan. Undang-undang Electronic Communication Privacy Act of 1986
di Amerika Serikat melarang pemonitoran e-mail oleh pihak ketiga yaitu
pemerintah, polisi atau individual lainnya tanpa otorisasi khusus seperti surat
ijin penggeledahan oleh kejaksaan.
2. Memonitor
perilaku pekerja
Isu etika ini mirip dengan isu etika memonitor e-mail. Perbedaannya
adalah yang dimonitor untuk kasus ini adalah perilaku dari para pekerja dengan
menggunakan kamera.
3. Menjual
informasi pribadi pelanggan atau karyawan
Permasalahan etika di isu ini muncul ketika perusahaan
menjual informasi pribadi dan para karyawannya atau pelangganya kepihak lain.
Informasi pribadi ini dapat dijual ke agen pemasaran yang memerlukan informasi
pribadi untuk target pemasaran mereka.
2. Permasalahan kepemilikan
intelektual
Teknologi informasi dengan dunia digitalnya akan membuat
informasi lebih mudah ditransmisikan, disalin sebagian atau keseluruhan dan
dapat dengan mudah dirubah isinya. Jika ini dihubungkan dengan masalah hak
kepemilikan intelektual maka pelanggaran hak ini akan semakin lebih meningkat.
Kehadiran jaringan elektronik termasuk internet akan menambah kemudahan untuk
melanggar hak-hak kepemilikan intelektual seseorang. Salah satu permasalahan
etikal yang terjadi yang berhubungan dengan penerapan sistem informasi di
organisasi adalah pembajakan perangkat lunak.
Beberapa alasan mengapa mereka masih menyalon perangkat
lunak dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
1.
Menyalin
perangkat lunak mudah dilakukan dan dapat sdilakukan dimamapun.
2.
Hasil
menyalin perangkat lunak akan didapatkan hasil yang sama dengan hasil
jika membeli.
3.
Harga
perangkat lunak yang asli sangat mahal.
4.
Penyalin
perangkat lunak berpikir perusahaan perangkat lunak sudah mendapatkan
keuntungan yang sangat besar dan tidak akan rugi jika dia hanya menyalinnya.
3. Permasalahan penghentian kerja
Penerapan teknologi informasi selain mempunyai efek
positif seperti misalnya meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas pekerjaan
dan memperkaya pekerjaan karena dapat menciptakan variatas pekerjaan, juga
mempunyai dampak etikal yang negatif. Dampak negative dari penerapan teknologi
informasi terhadap pekerja adalah penggantian manusia dengan teknologi
informasi untuk alasan efisiensi
Dalam penerapan teknologi informasi, manajer SI
harus mempertimbangkan permasalahan etika ini. Manajer SI harus dapat mengatasi
efek negatif dari penerapan teknologi informasi, misalnya bukan dengan
mengganti manusia dengan teknologi informasi tetapi lebih ke realokasi manusia
ke posisi dan pekerjaan lainnya.
4. Permasalahan keamanan
Permasalahan keamanan sistem informasi dapat menimbulkan
masalah etika. Seringkali penanganan keamanan sistem informasi sudah baik,
tetapi kelalaian atau kesengajaan seseorang dapat merusak sekuriti yang sudah
ada seperti misalnya sebagai berikut ini.
-
Meninggalkan
terminal tanpa dijaga.
-
Menuliskan
password di suatu tempat yang dapat dibaca oleh orang lain.
-
Memberitahukan
password kepada orang lain.
5. Permasalahan akurasi
Permasalahan akurasi dapat muncul di program aplikasi ynag banyak
mengandung kesalahan program dan dapat juga terjadi di datanya. Permasalahan
akurasi di program aplikasi muncul karena pengetesan program masih belum
optimal.
6. Permasalahan kesehatan
Penerapan teknologi informasi di dalam dunia kerja dapat
merusak kesehatan pemakainya. Salah satu penyakit yang dapat ditimbulkannya
adalah repetitive stress injury (RSI). Repetitive stress injury terjadi karena
urat-urat syaraf dipaksa untuk bekerja berulang-ulang dengan tekanan yang berat
atau dengan tekanan darah rendah. Yang paling banyak terjadi adalah karena
urat-urat syaraf bekerja dengan tekanan darah yang rendah yaitu dengan
penekanan di keyboard yang berulang-ulang tiap-tiap harinya selama
bertahun-tahun.
Bentuk umum dari RSI yang umum terjadi adalah carpal tunnel
syndrome (CTS). Carpal tunnel syndrome terjadi karena tekanan syaraf yang
menimbulkan sakit lewat struktur tulang pinggang yang disebut dengan carpal
tunnel. Carpal tunnel syndrome dapat dihindari dengan merancang letak komputer
sedemikian rupa yang disebut dengan ergonomic, sehingga tidak menyebabkan sakit
pinggang.
Permasalahan kesehatan lainnya yang muncul adalah tentang kesehatan mata diakibatkan terlalu sering membaca di monitor. Penyakit ini disebut dengan computer vision syndrome (CVS). Gejala dari penyakit ini adalah pandangan mata yang kabur, mata pedas dan berair, kepala pusing, mata kering dan iritasi. Permasalahan kesehatan mata ini dapat diatasi atau dikurangi dengan menggunakan lensa tambahan tertentu di layar monitor.
Permasalahan etika terhadap kesehatan penggunaan teknologi
informasi ini muncul saat perusahaan sadar bahwa pemakaian komputer dapat
menyebabkan penurunan kesehatan dan tidak melakukan upaya untuk mengatasi atau
menguranginya. Perusahaan tidak melakukan upaya untuk mengurangi masalah
penurunan kesehatan ini biasanya adalah dengan alasan efeknya ke kesehatan
tidak langsung terlihat dan untuk penghematan biaya.
C.
Mengelola
Permasalahan Etika
Martin
(1999) menjelaskan bahwa standar etik tiap orang berbeda karena latar
belakangnya yang berbeda tergantung dari integritas, kejujuran, kompetensi,
kehormatan, keadilan, kepercayaan, keberanian, dan tanggung jawab yang dibentuk
dari masa kecil sampai sekarang. Apapun standar etik seseorang, walaupun nilainya
berbeda, tetapi tetap diharapkan tidak melanggar etik yang ada. Oleh karena
itu, seseorang seharusnya memikirkan isu etika yang dapat terjadi akibat
tindakan yang akan diambilnya. Jika isu etika muncul di dalam organisasi,
manajer sistem informasi harus dapat menanganinya.
Berikut
ini merupakan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menangani isu etika
yang muncul dalam organisasi :
-
Pertama-tama
yang harus dilakukan adalah menyadari permasalahan etika yang akan muncul dari
tindakan yang akan diambil.
-
Cara
lain untuk menyadari akan terjadinya permasalahan etika adalah dengan mengacu
pada kode etik yang ada. Kode etik yang berhubungan dengan sistem informasi
adalah ACM (association for computing machinery) dan Ten Commandments of
Computer Ethics yang diusulkan oleh Ten Computer Ethics Institute, Layola
University di Chicago, Amerika Serikat.
-
Jika
permasalahan etika sudah disadari, maka perlu dianalisis dan dopecahkan.
Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk menganalisis dan
memecahkan permasalahan etika, yaitu misalnya adalah sebagai berikut :
-
Pendekatan aturan emas (the golden Rule) yang berbunyi “lakukan kepada
orang-orang lain seperti apa yang kamu inginkan mereka melakukan kepadamu”
-
Pendekatan Immanuel Kant’s Categorical Imperative yang berbunyi “ jika sesuatu
tindakan tidak benar untuk dilakukan oleh setiap orang, maka itu tidak benar
dilakukan untuk setiap orang.”
-
Pendekatan Descartes’ rule of change yang berbunyi “ jika itu tidak
dapat dilakukan berulang-ulang, maka itu tidak benar untuk dilakukan pada suatu
saat tertentu.”
-
Pendekatan Utilitarian Principle yang berbunyi “ ambillah tindakan
yang akan memberikan nilai lebih tinggi atau yang lebih besar.”
-
Pendekatan Risk Aversion principle yang berbunyi “ ambillah tindakan
yang menghasilkan bahaya yang terkecil atau potensi biaya rendah.”
-
Pendekatan “ no free lunch” Rule yang berbunyi “ asumsikan bahwa
semua obyek tampak dan tidak tampak
dimiliki oleh orang lain kecuali jika ada pernyataan sebaliknya yang spesifik.”
Pilih alternatif dengan kinerja terbaik. Pemilihan
pendekatan untuk mengatasi permasalahan etika akan mempunyai efek, sehingga
perlu dipilih pendekatan dengan efek yang paling minimum atau mempunyai kinerja
terbaik.
D.
Politik
Informasi
Banyak perusahaan yang menerapkan
sistem informasi tetapi tidak berhasil. Kegagalan ini disebabkan adanya politik
informasi di dalam organisasi Markus (1981) menyatakan bahwa sistem
informasi mempengaruhi distribusi kekuasan di organisasi karena alasan-alasan
sebagai berikut ini.
·
Pemegang
akses informasi dapat mempengaruhi hasil dari keputusan
·
Sistem
informasi digunakan untuk alokasi sumber-sumber daya sistem yang dapat
mempengaruhi perilaku individu-individu.
·
Sistem
informasi digunakan untuk sistem pengendalian yang dapat mencegah atau
membatasi kegiatan-kegiatan.
·
Sistem
informasi menyebabkan kekuasan dan kekuatan karena memberikan kesan kemampuan
untuk dapat merubah hasil. Persepsi atau kesan dari memiliki kekuatan akan
menimbulkan kekuatan.
E.
Menolak
Perubahan
Markus (1981) juga mengatakan bahwa suatu sistem informasi
yang merubah distribusi kekuasaan dan kekuatan di dalam organisasi akan ditolak
oleh mereka yang akan kehilangan kekuasaan atau kekuatannya. Penolakan akibat
perubahan kekuasan atau kekuatan ini disebut dengan menolak implementasi. Hal
ini didasarkan pada kenyataan bahwa kekuasaan dan kekuatan merupakan hal yang
penting dari sistem informasi mempunyai peranan terhadap pergeseran kekuasan
dan kekuatan tersebut. Oleh karena itu mereka yang merasa kekuasan dan
kekuatannya akan tergeser oleh penerapan sistem informasi akan melakukan
penolakan
Penolakan dari perubahan akan lebih besar lagi jika sistem
informasi digunakan untuk melakukan proses rekayasa ulang (business reengineering).
Caldwall (1994) Melakukan survey dan melaporkan bahwa penolakan terhadap
perubahan menduduki rangking tertinggi dari halangan yang dihadapi oleh proses
rekayasa ulang bisnis.
F.
Identifikasi
Penolakan
Untuk dapat mengatasi penolakan atas perubahan ini, maka
orang-orang yang menolak penerapan sistem informasi yang baru perlu
diidentifikasikan. Ciri-ciri orang yang menolak perubahan adalah sebagai
berikut :
·
Mereka
yang selalu menunda-menunda proyek sistem informasi dengan melakukan penolakan
demi penolakan untuk membuat proyek tidak jadi dilakukan.
·
Mereka
yang menyetujui proyek sistem informasi dengan membuat sistem informasi menjadi
lebih luas dan lebih rumit dengan harapan akan gagal dengan sendirinya jika
diterapkan.
·
Mereka
yang memegang dan tidak mau melepaskan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk
membangun dan menerapkan sistem informasi, sehingga proyek sistem informasi
tidak dapat dilakukan.
G.
Mengatasi
Penolakan Perubahan
Penerapan sistem informasi yang baru yang menyebabkan
perubahan di organisasi sering ditolak oleh manusia di dalam organisasi. Suatu
sistem manajemen perubahan perlu diterapkan untuk mengatasi penolakan karena
perubahan
Martin (1999) mengingatkan bahwa untuk menerapkan sistem
manajemen perubahan ini, ada dua hal dasar yang perlu diperhatikan
yaitu sebagai berikut ini :
·
Ketika
mengenalkan perubahan di dalam suatu organisasi, kita tidak dapat mengasumsikan
bahwa manusia akan berubah sendiri karena mereka diberitahu untuk berubah.
·
Jika
mereka berubah, kita tidak dapat mengasumsikan bahwa manusia akan berubah
sesuai dengan yang diharapkan. Seringkali mereka berubah dengan cara dan hasil
yang tidak diharapkan.
v Teori-teori
Penolakan Perubahan
Terdapat tiga teori untuk mengetahui penyebab adanya
penolakan perubahan dan cara mengatasinya terhadap penerapan sistem informasi
yang baru.
-
Teori orientasi system
Teori ini menjelaskan bahwa yang menyebabakan penolakan
perubahan adalah karena sistemnya bukan manusianaya. Manusia menolak karena
sistem yang akan diterapkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, sistem banyak
mengandung kesalahan, sistem tampak masih asing bagi mereka. Jika benar
yang menjadi penyebab penolakan adalah sistemnya, maka kualitas dari sistem
harus diperbaiki dengan cara :
1. Pemakai sistem dilibatkan dalam pengembangan sistem untuk
meningkatkan kualitas dari sistem.
2. Pengetesan
sistem harus tuntas dan dilakukan untuk menemukan semua kesalahan.
3. Sosialisasi pengenalan sistem harus dilakukan sebelum
diterapkan.
4. Pelatihan penggunaan sistem harus dilakukan supaya memahami
sistem lebih lanjut.
-
Teori Orientasi Manusia
Teori ini bahwa yang menyebabkan penolakan
adalah sikap manusianya bukan sistemnya. Diasumsikan sistemnya sudah baik dan
berkualitas tetapi masih tetap ditolak oleh pemakainya. Jika penolakan ini
terjadi, untuk mengatasinya maka sikap manusianya perlu dirubah.
Teori orientasi manusia konsisten dengan student (1978) yang menjelaskan sikap terhadap perubahan dan cara mengatasinya sebagai berikut ini :
Teori orientasi manusia konsisten dengan student (1978) yang menjelaskan sikap terhadap perubahan dan cara mengatasinya sebagai berikut ini :
1.
Manusia tidak akan menolak perubahan sebesar mereka menolak untuk dirubah. Ini
merupakan arti bahwa sebenarnya manusia di dalam organisasi mau saja menerima
terjadinya perubahan asal mereka memahaminya tanpa dipaksa untuk dirubah.
2.
Penerimaan terhadap perubahan juga akan meningkat jika mereka merasa mendapat
manfaat dari perubahannya.Cara mengatasinya bisa dengan sosialisasi dan
pelatihan
3.
Penerimaan terhadap perubahan juga akan meningkat dengan keseriusan pihak yang
melakukan perubahan.
4.
Faktor ketegangan yang merupakan salah satu yang menyebabkan
penolakan muncul akibat adanya ketidakpastiaan mengenai apa yang akan terjadi
dengan sistem yang baru.Cara mengatasinya bisa
dengansosialisasi, memberikan penjelasan dan pendidikan.
-
Teori Interaksi
Teori ini menyatakan bahwa penyebab penolakan perubahan
adalah bukan manusia atau sistemnya akan tetapi lebih kepada interaksi
diantaranya. Cara mengatasinya :
1. Meningkatkan penghubung /interface antara sistem dan
pengguna
2. Partisipasi pemakai sistem di dalam pengembangan dan
penerapan system
v Model
Adopsi Perubahan
a.
Lewin/Schein Model
Model ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu:
1.
Mencairkan kekakuan (ada dua aspek yaitu manciptakan kondisi bahwa perubahan
itu dibutuhkan serta menciptakan suasana yang aman),
2. Mengarahkan (ada dua aspek utama yaitu
menyediakan informasi tentang arah dari perubahan serta menyediakan dan
mengeliminasi pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk menjalankan
perubahan),
3.
Membekukan kembali (ada dua aspek yaitu mengintegrasikan hasil perubahan ke
kegiatan rutin yang akan dilakukan serta memasukkan ke dalam sistem sosial
sehingga perubahan dapat diterima secara luas).
b. Inovation Adoption Model
Merupakan suatu ide adopsi yang baru bagi individu dan
organisasi, terdapat 5 (lima) tahapan dalam mengadopsi inovasi yaitu :
1.
Kesadaran è individu dikenalkan pada inovasi
2.
Minat è membuat individu tertarik dan berminat akan inovasi
3.
Evaluasi è individu akan menilai dan mengevaluasi
4.
Percobaan è jika dianggap bermanfaat, maka individu akan mencoba
5.
Adopsi è memutuskan untuk mengadopsi inovasi tersebut ke kegiatan
mereka secara continue.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan adopsi
tergantung dari beberapa faktor, faktor tersebut antara lain :
1.
Persepsi
dari keuntungan relatif, maksudnya kelebihan yang ditimbulkan jika dibandingkan
dengan sistem yang lama;
2.
Kompabilitas
merupakan tingkat seberapa besar inovasi tersebut konsisten dengan nilai, opini,
kelakuan dan pengalaman individu yang akan mengadopsi inovasi;
3.
Kerumitan
merupakan tingkat kesulitan inovasi dipahami;
4.
Komunikabilitas
merupakan tingkat komunikasi hasil dari inovasi yang dapat disebarkan ke calon
pengadopsi inovasi yang lainnya; dan
5.
Juara
adalah sifat mau berkorban waktu dan tenaga untuk menerima inovasi dan
menyebarkannya.
H. Contoh
Kasus
1.
Stasiun
TV atau portal media yang selalu memberitakan atau mempublikasikan hal baik
pemiliknya. Sebaliknya, justru lebih sering memberitakan hal jelek mengenai
para kompetitornya. Ini adalah bagian dari politik informasi.
2.
Isu
kenaikan BBM yang seharusnya menjadi bahasan panjang dan dialektika yang rumit,
namun begitu saja terhapuskan ketika isu FPI dan bentrokannya mencuat di hampir
seluruh headline media dalam negeri.
3.
Isu
kenaikan BBM yang seharusnya menjadi berita utama namun tergeser oleh isu pulau
Sipadan-Ligitan yang direbut Malaysia.
4.
Isu
kecelakaan anak Menteri yang hilang begitu saja dengan isu Timnas Indonesia
yang akan bertanding.
KESIMPULAN
Dari
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi
informasi mempunyai pengaruh yang mendalam di dalam kehidupan manusia dan
sesuatu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia yang berhubungan
dengan etika. Yang
bertanggung jawab atas permasalahan etika akibat dari penerapan teknologi
informasi adalah seorang manajer. Selain itu manajer juga menentukan bagaimana
teknologi informasi digunakan dalam sebuah organisasi. Permasalahan-permasalahan
yang ada dalam etika adalah permasalahan privasi, kepemilikan intelektual, penghentian
kerja, keamanan, akurasi sistem, dan kesehatan. Dimana pengertiannya sudah
dijelaskan pada makalah diatas.
Selain
etika, di dalam sistem teknologi juga ada politik informasi. Banyak perusahaan
yang menerapkan sistem informasi tapi tidak berhasil. Kegagalan itu disebabkan
karena adanya politik informasi di organisasi. Ketika informasi menjadi dasar
pengambilan keputusan di organisasi, maka politik informasi akan muncul di
dalamnya. Markus (1981) mengatakan bahwa suatu
sistem informasi yang merubah distribusi kekuasaan dan kekuatan di dalam
organisasi akan ditolak oleh mereka yang akan kehilangan kekuasaan atau
kekuatannya. Untuk dapat mengatasi penolakan atas
perubahan tersebut maka orang-orang yang menolak penerapan sistem informasi
yang baru perlu diidentifikasikan. Ada tiga teori untuk mengetahui penyebab
adanya penolakan perubahan dan cara mengatasinya terhadap penerapan sistem
informasi yang baru antara lain ; teori orientasi sitem,teori orientasi
manusia, dan teori interaksi. Ada juga model adopsi perubahan. Model adopsi ini
akan memberikan cara-cara untuk mengatasi perubahan antara lain ; lewin/schein
model dan inovatin adoption model.
DAFTAR PUSTAKA
http://forumkastratugm.blogspot.com/2008/09/politik-informasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar